Jumat, 12 Agustus 2011

askep bronkhopneumonia




BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.   Tinjauan Teoritis Bronkopneumonia
1.       Pengertian
Bronkopneumonia merupakan infeksi akut dari ruang alveoli paru-paru yang berdampingan dengan bronkus. (Rosa M. Sacharin, 1996:358-359)
Bronkopneumonia terdiri dari kata bronko yaitu bronkhus dan pneumonia yaitu proses infeksi akut yang mengenai paru-paru (alveoli).  Jadi Bronkhopneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai paru-paru (alveoli) serta mengenai bronkus. (http : // www. Klinik pria. Com / data topik / depada pneumonia / html) ? id : 5.
Pada anak-anak, pneumonia seringkali disertai dengan infeksi saluran pernapasan yang mengenai jaringan paru (alveoli) hingga bronkus dan bersifat akut (mendadak) sehingga disebut bronkopneumonia.  (http : //www. cybermet. com / detail_pyk).
Bronkopneumonia merupakan jenis penyakit yang menyerang pernapasan bayi, terserang atau tidaknya penyakit hyaline membran atau pernapasan, bayi membutuhkan suplemen atau tambahan oksigen untuk pencegahan.  Bronkopnemunia disebut juga penyakit paru-paru, gejala ini ditandai dengan mucosal dysplasia, fibrosa dan bronkovaskuler musclehypertrophy, rongga dasar, dan kesulitan bernapas menimbulkan kekurangan disfusi oksigen dari alveoli menuju capillaries (Marie, S dan Daffe, 1993:145).
Pada literatur lain juga dijelaskan mengenai bronkopneumonia yaitu radang pada bronkhial sampai ke ujung-ujung dan gelembung-gelembung alveoli.  Penyakit ini biasanya mengancam mereka yang lemah, bayi, anak-anak dan orang tua. Mereka yang menderita penyakit kronis yang melemahkan keadaan umum atau mengalami imunasupresi. (Robbin dan Kumar, 1995 : 155).
2.       Etiologi
Menurut Robbins (2000:155) etiologi bronkopneumonia terbagi atas :
a.    Bakteri      : Pneumococcus, streptococcus, stafilococcus
b.   Virus         : Virus influenza, virus respiratory syncitas
c.    Aspirasi     : makanan, benda-benda asing, cairan amnion
d.   Jamur        : Aspergilus, histoplasma
e.    Sindrom     : reaksi terhadap alergi  
Berikut ini adalah faktor-faktor yang meningkatkan resiko penyakit bronkopneumonia:
1.   Umur di bawah 2 bulan
2.   Gizi kurang
3.   Berat badan rendah
4.   Tidak mendapat ASI memadai
5.   Polusi udara
6.   Kepadatan tempat tinggal
7.   Imunisasi yang tidak memadai
      (Sumber : http : // www. klinik pria. com / data topik / depada pneumonia. Html)
3.       Patofisiologi
Patofisiologi bronkopneumonia menurut Wilson Prince (1995:710-711) adalah merupakan respon yang ditimbulkan tergantung kepada agen penyebabnya. Streptococcus pneumomae adalah sebab yang paling sering, baik yang didapat dari masyarakat maupun dari rumah sakit.  Patogenesis bronkopneumonia merupakan yang paling banyak diselidiki.
Streptococcus Pneumonia


 




Respon Peradangan






 



 Edema alveolar                          Pembentukan eksudat



 


Alveoli dan bronkiolus terisi cairan eksudat, sel darah, fibrin bakteri

Sumber : Dari Prescilla Lemon dan Karen M. Burke (1996). Medical   and Surgical Nursing, California : Addison Wesley

Sesudah agen-agen mikrobial masuk ke paru, mereka semakin banyak dan cepat mengakibatkan peradangan paru-paru. Ruang udara di alveoli terisi cairan eksudat dan yang mengakibatkan radang menyerang septa alveoli. eksudat alveoli akhirnya berkonsolidasi dan sukar dikeluarkan. (Jacquelyn, 2000:580-581).
Pneumokok mencapai alveoli lewat percikan mukus atau saliva.  Lobus bagian bawah paru-paru paling sering terkena karena afek gravitasi.  Setelah mencapai alveoli, pneumokok menimbulkan respon yang khas terdiri dari empat tahap yang berurutan :
a.    Kongesti (4 sampai 12 jam pertama): eksudat serosa masuk ke dalam alveoli melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor.
b.   Hepatisasi merah (40 jam berikutnya) : paru-paru tampak merah dan bergranula (hepatisasi : seperti hepar) karena sel-sel darah merah, fibrin, dan leukosit polimorfonuklear mengisi alveoli.
c.    Hepatisasi kelabu (3 sampai 8 hari) : paru-paru tampak kelabu karena leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi di dalam alveoli yang terserang.
d.   Resolusi (7 sampai 11 hari) : eksudat mengalami lisis dan direabsorpsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali pada strukturnya semula.
Secara makroskopik, paru menunjukkan fokus konsolidasi dan supurasi yang tersebar dan menimbul.  Gambaran histologik terdiri atas eksudat akut (neutrofilik) supuratif mengisi ruang dan saluran udara, biasanya sekitar bronkus dan bronkiolus.  Resolusi eksudat mengendalikan struktur paru normal, tetapi organisasi dapat terjadi berakibat pembentukan jaringan parut fibrotik atau penyakit yang agresif mungkin menimbulkan abses (menurut Robbin dan Kumar, 1996:442).
4.       Manifestasi Klinik
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari.  Suhu tubuh naik mendadak sampai 39-400 C dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi, gelisah, dispnea, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut, kadang-kadang disertai muntah dan diare.  Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit, tetapi setelah beberapa hari, mula-mula kering kemudian menjadi produktif. (Ngastiyah, 1997:40-44).
5.       Pemeriksaan Penunjang
Pada klien dengan bronkopneumonia jenis pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan menurut Ngastiyah (1997:40-44) meliputi :




a.    Pemeriksaan Diagnostik
1).  Foto thorak                          : pada foto thorak bronkopneumonia terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau beberapa lobus.
2).  Pemeriksaan fungsi paru :      volume mungkin turun, tekanan jalan nafas mungkin meningkat.
b.   Pemeriksaan Laboratorium
1)   Gambaran darah tepi menunjukkan leukositosis : 15.000-40.000 / mm3 dengan pergeseran ke kiri.
2)   Kuman penyebab dapat dibiakkan dari usapan tenggorokan dan mungkin juga dari darah.
3)   Urin berwarna lebih tua.
4)   Albumin ringan karena suhu yang naik dan sedikit torak hialin.
5)   AGD arteri menunjukkan asidosis metabolik dengan atau tanpa retensi CO2.
6.       Penatalaksanaan
Pengobatan berdasarkan etiologi dan uji resistensi  (menurut Ngastiyah  40-44) :
a.    Penisillin 50.000 U / kg BB / hari ditambah kloramfenikol 50-70 mg / Kg BB / hari atau antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampisillin. Pengobatan sampai bebas demam 4-5 hari.
b.   Pemberian oksigen dan cairan IV : campuran Glukose 5 % dan NaCl 0,9 % perbandingan 3 : 1 ditambah larutan KCl 10 Meg / 500 ml / botol infus.
c.    Asidosis metabolik koreksi dengan hasil AGD arteri
d.   Istirahat di tempat tidur
e.       Posisi semi fowler bila sesak napas.

B.   Tinjauan Teoritis Keperawatan Bronkopneumonia
1.       Pengkajian
Pengkajian  dengan bronkopneumonia menurut (Doengoes, 2004 : 164 - 165), meliputi :
a.    Aktivitas / istirahat
      Gejala        : kelemahan, kelelahan, insomnia
      Tanda        : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
b.   Sirkulasi
      Gejala        : riwayat adanya GGK / GJK kronis
      Tanda        : Takikardia, penampilan kemerahan atau pucat
c.    Makanan / cairan
      Gejala        : kehilangan nafsu makan, mual dan muntah, distensi
                          abdomen.
      Tanda        : Distensi abdomen, hiperperistaltik usus, kulit kering
                          Dengan turgor buruk, malnutrisi.
d.   Pernafasan
      Gejala         :  riwayat adanya infeksi saluran kemih kronis, penyakit paru obstraksi menahun, takipnea, dispnea progresif, pernafasan dangkal, penggunaan otot aksesoris, pelebaran nasal.
      Tanda         :  Sputum merah muda, berkarat atau puralen, perkusi pekak di atas area yang konsolidasi, fremitus taktil dan vokal bertahap meningkat dengan konsolidasi, bunyi nafas menurun dan tidak ada di atas area yang terikat atau nafas bronkhial, warna pucat atau sianosis bibir atau kuku.
e.    Neurosensori
      Gejala         :  sakit kepala daerah frontal (influenza)
      Tanda         :  perubahan mental (bingung, somnolen)


f.    Nyeri / kenyamanan
      Gejala         :  sakit kepala, nyeri dada (pleuritik) meningkat oleh batuk, nyeri dada substernal (influenza), mialgia, artralgia.
g.    Keamanan  
      Gejala         :  riwayat gangguan sistem imun,misal AIDS, penggunaan streoid atau kemoterapi, demam (misal 38,50 C – 39,50 C).
      Tanda         :  berkeringat, menggigil berulang, gemetar.
2.       Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang mungkin timbul pada klien dengan bronkopneumonia menurut Doengoes (2000 : 164-174) meliputi :
a.    Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi trakeal bronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
b.   Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar kapiler (efek inflamasi), gangguan kapasitas pembawa oksigen darah (demam, perpindahan kurva oksi hemoglobin).
c.    Resiko tinggi terhadap (penyebaran infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan utama (penurunan kerja silia, perlengketan sekret pernapasan), ketidakadekuatan pertahanan sekunder (adanya infeksi, penekanan imun) penyakit kronis, mal nutrisi.
d.   Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, reaksi seluler terhadap sirkulasi toksin, batuk menetap.
e.    Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia, distensi abdomen.
f.    Kurang pengetahuan ; kebutuhan belajar mengenai kondisi dan kebutuhan tindakan berhubungan dengan kurang terpajan, kesalahan interpretasi, kurang mengingat, kurang informasi mengenai proses penyakit.

3.       Perencanaan
Rencana tindakan yang dapat dilakukan pada klien dengan Bronkopneumonia sesuai dengan diagnosis keperawatan di atas, menurut Doengeos (2000 : 164-174) adalah sebagai berikut:
a.    Rencana Intervensi Diagnosa Keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi trakeal bronkhial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
1)   Mandiri
a)   Auskultasi area paru, catat area penurunan atau tidak ada aliran udara dan bunyi nafas adventesius, misal : krekles, mengi.
      Rasional : penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Krekles, ronki dan mengi terdengar inspirasi atau ekspirasi pada respon terhadap pengumpulan cairan, sekret kental dan spasme jalan napas atau obstruksi.
b)   Bantu pasien latihan nafas sering. Tunjukkan dan bantu pasien mempelajari melakukan batuk, misal : menekan dada dan batuk.
      Rasional : nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru atau jalan nafas lebih kecil, penekanan menurunkan ketidaknyamanan duduk meningkatkan upaya napas lebih dalam dan kuat.
c)   Pengisapan sesuai indikasi
      Rasional : merangsang batuk atau pemberian jalan napas secara mekanik pada pasien yang tidak efektif atau penurunan tingkat kesadaran.
2)   Kolaborasi
a)   Berikan obat sesuai indikasi : mukolitik, ekspektoran, bronkodilator, analgesik.
      Rasional : alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan neobolisasi sekret. Analgesik diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-hati, karena dapat menurunkan upaya batuk atau menekan nafas.
b)   Berikan cairan tambahan, misal : IV, oksigen humidifikasi dan ruang humidifikasi
      Rasional : cairan diperlukan untuk menggantikan kehilangan (termasuk yang tampak) dan memobilisasikan sekret.
b.   Rencana Intervensi Diagnosa Keperawatan kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar kapiler (afek inflamasi), gangguan kapasitas pembawa oksigen darah (demam, perpindahan kurva oksihemoglobin).
1)   Mandiri
a)   Kaji frekuensi kedalaman dan kemudahan bernapas
      Rasional : manifestasi distress pernapasan tergantung pada atau indikasi derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum.
b)   Kaji warna kulit, membran mukosa  dan kuku, catat adanya sianosis perifer (kuku) atau sianosis sentral (sirkumoral).
      Rasional : sianosis kuku menunjukkan vaso kontriksi atau respon tubuh terhadap demam atau menggigil. Namun sianosis daun telinga membran mukosa dan kulit sekitar mulut (membran hangat) menunjukkan hipoksemia sistemik
c)   Kaji status mental
      Rasional : Gelisah, mudah terangsang, bingung dan somnolen dapat menunjukkan hipoksemia atau penurunan oksigen serebral.
d)   Awasi frekuensi mental
      Rasional : Takikardia biasanya ada sebagai akibat demam atau dehidrasi tetapi dapat sebagai respon terhadap hipoksemia.
2)   Kolaborasi
a)   Berikan terapi oksigen dengan benar.
      Rasional : tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg.  Oksigen diberikan dengan metode yang diberikan dengan metode yang memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pasien.
b)   Awasi analisa gas darah, nadi oksimetri
      Rasional : mengevaluasi proses penyakit dan memudahkan terapi paru.
c.    Rencana Intervensi Diagnosa Keperawatan resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan utama (penurunan kerja silia, perlengketan sekret pernapasan), ketidakadekuatan pertahanan sekunder (adanya infeksi, penekanan imun) penyakit kronis, mal nutrisi.
      1)  Mandiri
a)   Pantau tanda-tanda vital dengan ketat, khususnya selama awal terapi
      Rasional : selama periode waktu ini, potensial komplikasi fatal (hipotensi atau syok).
b)   Anjurkan klien memperhatikan pengeluaran sekret (misal : meningkatkan pengeluaran dari pada menelannya) dan melaporkan perubahan warna, jumlah dan bau sekret.
      Rasional : meskipun klien dapat menemukan pengeluaran dan upaya membatasi atau menghindarinya penting bahwa sputum harus dikeluarkan dengan cara aman. Perubahan karakteristik sputum menunjukkan perbaikan bronkopneumonia atau terjadinya infeksi sekunder.
c)   Tunjukkan atau dorong tehnik mencuci tangan yang baik.
      Rasional : meningkatkan berarti menurunkan penyebaran atau tambahan infeksi
d)   Ubah posisi dengan sering dan berikan pembuangan paru yang baik.
      Rasional : meningkatkan pengeluaran pembersihan infeksi.
e)   Batasi pengunjung sesuai indikasi
      Rasional : menurunkan pemajanan terhadap patogen infeksi lain.
2)   Kolaborasi
a)   Berikan antimikrobial sesuai indikasi dengan hasil kultur sputum atau darah, misal : penicillin, eritromisin, tetrasiklin, amikalin, sefaloporin, amantadin.
      Rasional : obat ini digunakan untuk membunuh kebanyakan bronkopneumonia mikrobial kombinasi anti viral dan anti jamur mungkin digunakan bila bronkopneumonia diakibatkan oleh organisme campuran.
d.   Rencana atau Intervensi Diagnosa Keperawatan nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, reaksi seluler terhadap sirkulasi toksin, batuk menetap
1)   Mandiri
a)   Tentukan karakteristik nyeri, misal : tajam, konstan, ditusuk, selidiki perubahan karakter atau lokasi atau intensitas nyeri.
      Rasional : nyeri dada biasanya ada dalam beberapa derajat pada bronkopneumonia, juga dapat timbul komplikasi pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis
b)   Pantau tanda vital
      Rasional : perubahan frekuensi jantung atau tekanan darah menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri, khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat.
c)   Berikan tindakan nyaman, misalnya : pijatan punggung, perubahan posisi, musik tenang atau perbincangan, relaksasi atau latihan napas.
      Rasional : tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi analgesik.
d)   Anjurkan untuk membersihkan mulut lebih sering
      Rasional : pernapasan mulut dan terapi oksigen dapat mengiritasi dan mengeringkan membran mukosa, potensial ketidaknyamanan umum.
e)   Anjurkan dan bantu pasien dalam tehnik menekan dada selama episode batuk.
      Rasional : alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkatkan keefektifan upaya batuk.
2)   Kolaborasi
      Berikan analgesik dan antitusif sesuai indikasi : obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif atau piroksimal atau menurunkan mukosa berlebihan, meningkatkan kenyamanan atau istirahat umum.
e.    Rencana atau Intervensi Diagnosa Keperawatan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia dan distensi abdomen.
1)   Mandiri
a)   Identifikasi faktor yang menimbulkan mual dan muntah, misalnya : sputum banyak, pengobatan aerosol, dispnea berat, nyeri.
      Rasional : pilihan, intervensi, tergantung pada penyebab masalah.
b)   Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin. Berikan atau bantu kebersihan mulut setelah muntah, setelah tindakan, aerosol dan pastural drainase dan sebelum makan.
Rasional    : menghilangkan tanda bahaya, rasa bau dari lingkungan pasien dan dapat menurunkan mual.
c)   Jadwalkan pengobatan pernapasan sedikitnya satu jam sebelum makan
Rasional    :   menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan ini
d)   Auskultasi bunyi usus, observasi atau pulpasi distensi abdomen
Rasional    :     bunyi usus mungkin menurun atau tak ada bila proses infeksi berat atau menunjang. Distensi abdomen terjadi sebagai akibat menelan udara atau menunjukkan pengaruh toksin bakteri pada saluran gastrointestinal.
e)   Berikan makan porsi kecil dan sering
Rasional    :    tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali.
2)   Kolaborasi
      Berikan antiemetik, antipiretik atau analgesik
f. Rencana intervensi diagnosa keperawatan kurang pengetahuan; kebutuhan belajar mengenai kondisi dan kebutuhan tindakan berhubungan dengan kurang terpajan, kesalahan interpretasi, kurang mengingat, kurang informasi mengenai proses penyakit.
1)   Mandiri
a)  Kaji fungsi normal paru, patologi kondisi.
Rasional    :     Meningkatkan pemahaman situasi yang ada dan penting menghubungkannya dengan program pengobatan.
b) Diskusikan aspek ketidak mampuan dari penyakit, lamanya penyembuhan dan harapan kesembuhan, identifikasi perawatan diri dan kebutuhan / sumber pemeliharaan rumah. 
Rasional    :     Informasi dapat meningkatkan koping dan membantu menurunkan ansietas dan masalah yang berlebihan.
c)   Berikan informasi dalam bentuk tertulis dan verbal.
Rasional    :     Kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk mengasimilasi informasi atau mengikuti program medik.
d) Tekankan pentingnya melanjutkan batuk efektif atau latihan pernafasan
Rasional    :     Selama awal 6 – 8 minggu setelah pulang, pasien beresiko besar untuk kambuh dari bronkopneumonia.
e)  Tekankan perlunya melanjutkan terapi antibiotik selama periode yang dianjurkan.
Rasional    :     Penghentian dini antibiotik dapat mengakibatkan iritasi mukosa bronkus dan menghambat makrofag alveolar, mempengaruhi pertahanan alami tubuh melawan infeksi.
f) Buat langkah untuk meningkatkan kesehatan umum dan kesejahteraan, misal: istirahat dan aktivitas seimbang, diet baik, menghindari kerumunan selama musim pilek atau flu dan orang yang mengalami infeksi saluran nafas atas
Rasional    :     Meningkatkan pertahanan alamiah /  imunitas, membatasi terpajan pada patogen.
g)  Tekankan pentingnya melanjutkan evaluasi medik dan vaksin / imunisasi dengan tepat.
Rasional    :     Dapat mencegah kambuhnya bronkopneumonia atau komplikasi yang berhubungan.
h)  Identifikasi tanda / gejala yang memerlukan laporan pemberian perawatan kesehatan, misal: peningkatan dispnea, nyeri dada, kelemahan memanjang, kehilangan berat badan, demam / menggigil, menetapnya batuk produktif, perubahan mental.
Rasional    :     Upaya evaluasi dan intervensi tepat waktu dapat mencegah / meminimalkan komplikasi.
4.       Evaluasi
      Evaluasi yang dapat dilakukan pada klien dengan bronkopneumonia menurut Doengoes (2000: 164-174) meliputi :
a)   Mengidentifikasi atau menunjukkan perilaku mencapai kebersihan jalan nafas dan bunyi nafas bersih.
b)   Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dan tidak gejala distress pernapasan.
c)   Mencapai waktu perbaikan injeksi toleransi komplikasi
d)   Menyatakan nyeri hilang
e)   Menunjukkan peningkatan nafsu makan.